Dilirik Homo

Table of Contents

Sumber Gambar : https://images.theconversation.com

Pasangan? - Arlong, dulunya pernah ganteng

Hal yang pertama terlintas dari dari quote diatas adalah pasangan, bukan jemuran tetangga !
Teringat kembali bahwa segala sesuatunya diciptakan secara berpasang-pasangan, apapun itu. Pria-wanita, baik-buruk, atas-bawah adalah tiga diantara contoh dari hal yang berpasangan, termasuk hukum kausalitas sebab-akibat. Perihal berpasangan itu pula darinya akan menciptakan sesuatu yang baru, misal dari pasangan pria-wanita akan terlahir seorang manusia lagi, baik-buruk akan melahirkan mungkin sebuah persepsi baru tentang value, dalam mitologi banjar pula Junjung Buih yang melambangkan dunia atas (buih letaknya dibawah, sungai) berpasangan dengan Suryanata, perlambang dunia atas (surya atau matahari ada diatas). Kombinasi keduanya kemudian melahirkan kemakmuran bagi Negara Dipa (kerajaan yang dipimpin mereka).


Pertanyaan saya, bagaimana yang homo?
Ibarat dua kutub magnet utara-selatan, positif negatif adalah pria-wanita, mereka akan saling tarik menarik apabila berdekatan, saling menolak jika sesama kutub juga didekatkan. Saya rasa hal tersebut dapat menggambarkan bagaimana sesama kutub bertemu, dengan kata lain pria dengan pria bercampur?.

Hal itulah yang saya rasakan malam Sabtu kemarin, sewaktu puang nongkrong dari kafe bersama kawan-kawan seperkongkowan. Sudah niat di kafe gak makan, cuman minum. Eh, taunya pas ditengah perjalanan pulang, cacing diperut mintanya orkes melayu (baca: kelaparan), untungnya orkes melayu. Ditengah kelaparan singgahlah kita diwarung pinggiran jalan, saya parkir disebalah kiri warung yang kebetulan kosong gak ada pengunjung. Warungnya lumayan sederhana, berada di perempatan lampu merah Jln. S.Parman, dengan spanduk hijau yang ditulisi menu-menu, diatapi terpal besar berwarna biru, didalamnya berjejer kursi-meja panjang untuk pengunjung ditambah dapur dibelakang meja, lengkap dengan penjaga warung yang sumringah ketika saya datang.

Tak perlu waktu lama saya langsung pesan menu dada ayam, dengan bersemangat saya menunggu pesanan sambil memperhatikan si penjaga warung, entahlah bagaimana perasaan si penjaga warung saya perhatiin terus (eh, penjaganya wanita paruh baya, bukan om-om), mungkin merasa malu ataupun merasa salah tingkah diperhatiin cowok semanis saya.




EHEMMMMMMM






Sembari menunggu si penjaga warung menggoreng dada ayam, saya sambil main-mainin hape Nokia yang baterenya udah sekarat, kadang diputar-putar, kadang ujungnya saya ketuk pean dimeja warung, terkadang pula saya masukin ke selangkangan, lumayan vibrator. Ups sorry jorok !

Si penjaga warungpun sambil menunggu dada ayam saya matang, dia mempersiapkan sambal ke dalam piring dan nasi putih kedalam piring juga, bukan kedalam selangkangan (ini mau bikin nasi Harleem Shake di selangkangan pake getar-getah hape, hahahaha bungul. Terus saya yang disuruh makan nasi bekas selangkangannya... allahuakbar.

Tidak lama setelah itu, datang dua orang pengunjung laki-laki, awalnya saya cuek aja siapa aja yang datang, mungkin mereka senasib juga dengan saya yang lagi kelaparan, begitu saya pikir. Sempat sedikit menoleh kearah dua pengunjung tadi, laki-laki yang pertama masuk nampak seperti om-om pada umumnya, dengan kaos polo belang-belang, kumis menjuntai, pelernya mungkin juga ikut menjuntai indah hehehe... gak lah, dia pake celana, ah... pokoknya om-om yang pertama masuk seperti biasa lah, gak ada yang  aneh. Eh, tiba-tiba masuk pengunjung kedua, temannya si om yang pertama masuk, langsung saya terkejut, dengan kulit putih mulus sekilas diterpa sinar lampu, rambut lurus agak kecokelatan dan pakai kalung, rapi banget, hmmm... ini kayak om-om homo. Saya tiba-tiba merasa risih untuk melanjutkan menunggu makanan yang akan siap dihidangkan, tapi berusaha untuk terlihat tetap cuek, toh selama si om-om yang terduga homo tidak mengganggu kenyamanan saya, santai aja.

Tiada angin tiada hujan, eh... tiba-tiba si om yang terduga homo itu mandangin saya lamaaa banget, wah jadi gak enak nih saya pikir, tapi tetap saya terlihat cuek, pikir positif aja, mungkin saja si om terduga homo lagi melihat orang lewat di perempatan. Beberapa detik kemudian si om terduga homo menoleh ke arah saya lagi, kali ini lebih lama, fix! si om ini bukan lagi terduga homo, tapi benar-benar homo, mana ada laki-laki memandang laki-laki yang lain dengan lama. Saya tidak berani menoleh, takut langsung diseruduk, mungkin kalau saya menoleh kearah om homo, saya langsung mendapatkan mata si om homo dengan liar, ah maklum lah saya ganteng. Karena risih yang terlalu lama, saya pura-pura nelpon dengan suara yang sengaja di keras-keraskan, ini ceritanya si teman yang saya telpon datang ke kos mendadak dan minta bungkuskan nasi juga,  akhirnya saya minta dibungkuskan.

Huh....selamatlah hidup saya dari om homo !